my kids in sweet home
Our Sweet Home, It Comes True
Akhirnya, apa yang kami impikan; yakni memiliki rumah sendiri sekarang telah terwujud. Meskipun apa yang kami miliki sekarang ini jauh dari kelayakan sebuah rumah, tapi kami tetap bersyukur kepada Allah SWT. Karena rumah yang sekarang ini hendak kami tempati adalah buah dari tetesan keringat di kala siang dan tetesan air mata dalam setiap munajat kami di kala malam. Dan lebih dari itu adalah wujud nyata dari setiap lamunan dan angan-angan dari detik-detik di masa yang lewat
Kami sadar betul, detik-detik tinggal bersama mertua, ipar dan keponakan dalam satu rumah memang detik-detik yang sangat berat yang dulu harus kami lewati. Konflik karena iri dengki dan panas hati kadang mengekalkan perseteruan yang sangat bodoh dan konyol. Saling mendendam dan saling berdiam diri kadang sering terpaksa kami alami hanya menuruti sebuah ego dan kecemburuan atas perkara yang tidak ada minatnya bagi para kekasih Allah dan ummat kebanggaan Allah yang pernah ada di muka bumi ini. Ya, ketika kami buka lembar demi lembar kehidupan para Anbiya dan Shahabat R.A dalam setiap Ta'lim Rumah, tidak satupun sifat dan kondisi yang kami lakukan dan alami pernah dilakukan dan alami oleh manusia-manusia terbaik itu.Bahkan,kehidupan kami adalah 180 derajat berbeda dari mereka yang Allah telah banggakan dan tetapkan sebagai ummat terbaik yang pernah ada di bumi ini; yakni
Ya, rumah mertua yang telah saya tinggali semenjak Februari 2004? (aku lupa, karena enggan mengingat-ingatnya 2004 lalu memang seakan-akan penjara buat kami; jarang kami dapati ketenangan dan kelesaan di dalamnya. Sebaliknya, yang ada hanyalah teriakan, bentakan, hardikan dan perkara-perkara yang amat tidak disukai oleh generasi terbaik ummat ini. Mungkin karena banyaknya penghuni rumah itu; ada dua keponakkan perempuan kami (yang sekarang ini di bangku SLTA dan SLTP)yang tentunya punya gaya hidup dan prinsip norma keluarganya sendiri yang tinggal di Slamaran, ada Ibu yang berhati lembut, sholehah dan penuh cinta tapi lemah terhadap penegakan kedisiplinan bagi kedua cucu besarnya tersebut, ada Bapak yang saya merasa begitu memanjakan anak laki-lakinya yang begitu tidak dewasa dan bahkan kekanak-kanakan untuk mereka yang bisa disebut Kakak ataupun Suami, dan juga ada keluarga Slamaran yang sering ikut campur dan berpihak kepada keluarga Adik laki-lakinya ketimbang adik perempuannya (ibu dari anak-anakku; ya keluarga Slamaran yang meski tidak tinggal satu atap tapi begitu kuat memberi warna buat kedua anak perempuannya dan adik laki-lakinya yang tinggal bersama. Detik-detik itulah yang sangat membebani Ibu mertuaku tercinta. Kadang Ibu yang sering bersamaan bangun malam buat munajat kepada Sang Pemberi hidup ini, bercerita dalam keluh kesahnya; menyayangkan mengapa rumah ini hari demi hari dipenuhi oleh ketidaktentraman, ketidaknyamanan. Dalam hati ini saya bisa merasakan betapa berat beban hati yang harus ditanggung oleh wanita sholehah yang penuh cinta kasih dan sudah menua ini. Hanya bimbingan dan kasih sayang wanita sholehah inilah yang tetap memberikan kekuatan buat kami untuk melewati detik-detik yang penuh dengan konlfik dan ketidaknyamanan itu. Terima kasih Ibu mertuaku; buah kasih sayang dan cintamu selama empat-lima tahun inilah yang membuat kami tetap semangat menjalani hidup di masa-masa yang lewat dan masa-masa hadapan. Kini Ibu telah bahagia; kami sangat menyakininya, di sisi Kekasih para hamba yang senantiasa berbuat baik.Dan doa dan beberapa amal kami; meskipun kami hanya sekali menengok tempat Ibu bersemayam, tetap kami hadiahkan buat Ibu tercinta. Bu, mungkin di sana engkau akan tersenyum karena melihat kehidupan kami lebih baik seperti yang Ibu dulu senantiasa munajatkan di kala malam dan siang. Mungkin Ibu juga akan turut sedikit senang karena kami bisa mewujudkan impian kami; yakni,.....semoga.
Dan untuk kesekian kalinya, kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Kakak-Kakak kami (Maslik dan Mbak Anik) yang senantiasa dengan tulus memberikan cinta-kasih sayangnya yang tulus kepada kami.Semoga Allah senantiasa jaga mereka; dan yang sangat kami pinta adalah Allah kekalkan kasih dan sayang mereka kepada kami. Mbak dan Mas, karena kalian pulalah yang membuat kami masih tetap memiliki harapan dan senatiasa bersyukur kepada Allah. Terima kasih....Mbak. Terima kasih Mas, kini kami telah memiliki rumah sendiri; meskipun kecil dan belum 100 persen layak kami tempati, kami sangat bersyukur kepada Allah
|
0 Comments:
<< Home